Oleh Miqdad
Sya'roni
Alumni MA
Futuhiyyah-1 Mranggen Tahun 2007-2010
Mbah
Mad, begitu sapaan Mbah Ahmad Muthohar bin Abdurrahman Qosidil Haq Al Maronji.
Adik dari Mbah Muslih Mranggen, Pakleknya Kiai
Muhammad Hanif Muslih Pengasuh Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak Jawa
Tengah.
Dikisahkan,
pernah suatu ketika di Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen, sudah menjadi
rahasia umum kalau jamaah sholat fardhu itu paling terakhir iqomahnya dan lama
wiridannya.
Tibalah
waktu sholat Maghrib setelah adzan dan menunggu beberapa lama, Mbah Mad rawuh
segera Kang Muadzin Iqomah. Lanjut sholat Maghrib dan wiridan sampai selesai.
Sehingga
menjelang masuk waktu isya' Mbah Mad memanggil Supirnya, "Kang ayo mangkat
budal nang Jawa Timur, ngko isya'an neng Masjid Gresik (Kang ayo berangkat ke
Jawa Timur, nanti sholat isya' di masjid Gresik Indonesia.red) " kata Mbah
Mad, lalu di jawabi Kang Supir, "Nggeh
Mbah" sambil bergegas nyetater mobilnya yang sudah ada di depan Ndalem
Mbah Mad.
"Ojo
lingak linguk, fokus madep ngerep ya, karo moco laa haula walaquwwata
illa billah (Jangan lihat kanan kiri, fokus saja pada perjalanan menghapap
ke depan baca di lisan laa haula walaquwwata illa billah) " kata
Mbah Mad yang juga pengasuh Pondok Pesantren Darul Ma'wa, masih satu komplek
dengan Futuhiyyah Mranggen Demak.
"Nggeh
Mbah" jawab kang supir.
Beberapa
saat kemudian ternyata sudah sampai di jalan raya di Gresik Jawa Timur,
sampailah pada salah satu masjid di Kabupaten Gresik. Lalu Mbah Mad bergegas
untuk ikut jamaah di sana karena sesampainya di sana tepat pas Muadzin
mengumandangkan iqomah.
Ya
begitulah, cara para Kyai dengan keramatnya sehingga bumi bisa di lempit,
sehingga kita kenal ilmu lempit bumi.
Ini
merupakan keramat para ulama' yang memiliki keyakinan yang kuat sehingga apa
yang dilakukan atas ijin dari Allah SWT maka terjadilah.
Sama
halnya dulu seperti para Walisongo dalam memperjuangkan dan mengislamkan
penduduk bumi tanah Jawa. Sering mendengar kisah para Walisongo yang menyebar
di wilayahnya masing-masing, ada di Demak, Ampel, Gunung Jati Cirebon dan
seterusnya. Ketika ada musyawarah para wali, dimana pun pasti ketemu dan dalam
tempo yang singkat, seakan jarak nya tidak jauh.
Pesan
Mbah Mad kepada Kang Supir selama perjalanan, tidak boleh macam macam kecuali
fokus pandangan perjalanan di sertai dzikir billisan, "Laa Haula Walaquwwata Illa Billah"
Maka sampailah pada tujuan atau tepat pada sasaran.
من يعتقد ينتفع
"Jadilah
tiap hari tambah ilmu" pesan singkat melalui chat WhatsApp dari Yi Hafidz,
yang seusai mentashih kisah Mbah Mad yang penulis ajukan.
Makam
Mbah Ahmad Muthohar berada di komplek makam keluarga yang ada di Pemakaman
Suburan Mranggen Demak Jawa Tengah, di sebelah selatan Masjid Futuhiyyah atau
tepat nya samping selatan MTs. Futuhiyyah 1 Mranggen Demak, dan depan SMP
Futuhiyyah Mranggen.
Demikian
cerita kisah Mbah Mad Mranggen. Kita sebagai santri yang ikut Ulama', Habaib
dan Kyai guru. Semoga selalu mengalir keberkahan dan menjadi manfaat bagi
lingkungan, amin. Wallahu
'Alam Bishowab.
*Cerita di atas telah ditashih oleh KH. Muhammad Hafidz (Pengasuh Pondok Pesantren Attanwir Penggaron Kidul
Pedurungan Semarang dan Assatidz di MA Futuhiyyah 1 Mranggen Demak)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar